Kisah
ini berawal dari tahun 1990, saat itu gw masih berusia 22 tahun, sedang
melakukan praktek kerja lapangan di salah satu hotel di Bandung.
Oia …. nama
gw indra. PKLnya oleh personalia hotel, gw ditempatkan di bagian front
office sebagai receptionist. Salah satu karyawati (receptionist
supervisor) namanya Yanti, tapi semua orang memanggilnya Teteh.
Usianya saat
itu 28 tahun, sudah menikah tapi belum dikaruniai seorang anakpun.
Wajah teteh tidak terlalu cantik, tetapi good looking (seperti
kebanyakan typikal seorang wanita priangan).Ukuran dadanya sedang tapi
padat, tetapi pinggulnya penuh (body gitar kalee).
Yang paling
gw suka dari teteh adalah tidak seperti kebanyakan cewek pada umumnya
yang senang bergosip ria, teteh tidak banyak bicara. Jika berbicara
tutur katanya sangat halus, pelan namun sangat tegas, dan sangat
dihormati oleh bawahannya. Jika selesai bertugas (lepas uniform)
pakaiannya pun sopan dan tertutup, selalu memakai celana panjang. Dan
dibalik kemeja atau baju atasannya selalu dilapisi kaos dalam sehingga
makin menyembunyikan BHnya.
Selama gw
PKL, teteh sangat banyak membantu. Jika dalam satu shift hanya kita
berdua, gw terang-terangan bicara sama teteh kalo gw suka sama teteh.
Dan teteh hanya tersenyum “Gak boleh … teteh sudah ada yang punya”
tegasnya.
“Teh … kalo putus sama si Akang, hubungi aku yah” gw selalu menggoda. Dan teteh hanya tersenyum.
Dua bulan
kemudian teteh di mutasikan ke Sales Markering Dept. bersamaan dengan
selesainya PKL gw. Dua minggu seterusnya, setelah meng-collect data-data
atau bahan-bahan untuk makalah di kampus, gw pamit sama teteh.
“Teh … aku
mau pamit, terima kasih buat bimbingannya selama aku praktek disini yah …
dan maafin kalo selama ini aku sering menggoda teteh” kata gw
diplomatis.
“Gak papa ndra … teteh senang bisa bantu kamu. Kapan pulang ke Jakarta ?”
“Besok” sahutku.
“Bareng aja sama teteh. Besok teteh dinas ke Jakarta, dapat tugas untuk sales call selama 3 hari di Jakarta … naik mobil kantor”
Besoknya gw
pulang ke Jakarta ikut sama teteh, naik mobil espass. Gw di depan sama
sopir, teteh sendirian di belakang. Selama di perjalanan kami ngobrol,
setiap kali gw nengok ke belakang (saat ngobrol) yang terlihat adalah
kaki teteh yang putih mulus dengan betis yg sangat ranum (slurupp).
Terkadang jika dia merubah posisi duduknya, terlihat paha mulusnya (duh …
kecian neeh adik gw, mencuat/melengkung di sangkarnya).
Singkat kata kami tiba di hotel pukul 16.00 (saat itu perjalanan Bdg-Jkt memakan waktu kl 4 jam).
“Teh … bolehkan aku antar sampai teteh c/i di kamar”