Sabtu, 24 Januari 2015

Ketagihan Sex


Cerita berawal dari kisah pacaran saya dengan Mia, seorang mahasiswi yang berbeda kampus dengan saya. Setelah saya berpacaran dengannya selama dua bulan, barulah Mia menampakkan sisi kehidupan aslinya, bahwa dia penganut seks bebas. Keadaan itu saya ketahui dari perkataannya sendiri ketika saya selesai makan dengannya di sebuah warung mahasiswa khas Yogyakarta. Ketika itu dia cerita kalau selama tiga bulan dia tidak pernah disentuh lelaki termasuk saya. Maksudnya tentu saja merasakan kenikmatan seksual yang selama ini dipenuhinya dari mantan pacarnya yang terdahulu sebelum saya. Kontan saya kaget berat mendengar hal itu. Batang kemaluan saya langsung tegak dan seakan ingin loncat keluar.
"Kenapa kamu tiba-tiba jadi horny begini..?" tanya saya.
"Aku tiga hari ini habis nonton BF bareng temen-temen kosku..," jawabnya, "Ayolah.., kamu mauya..?" pintanya.
Aku semakin tidak karuan mendengar permintaannya itu sambil menggelayut di lenganku dengan manja. Akhirnya kuputuskan untuk meladeninya, meskipun aku belum pernah melakukannya sama sekali dengan wanita manapun. Dia tampak senang sekali mendengar kesediaanku meladeninya malam itu. Di kepalaku mulai timbul pikiran-pikiran yang kotor sambil berfantasi dengan kemolekan tubuhnya yang sintal, langsing dan berisi itu (payudaranya berukuran 32A, kira-kira segitu deh).

Malam Jumat

Hello semuanya, nama saya Indra Nurhadi. Saya kaget sekali karena ternyata ada situs yang memuat cerita pengalaman yang mengasyikkan dan secara jujur saya sering bermasturbasi sambil membaca cerita-cerita tersebut.

Saya adalah seorang pria yang cukup hiperseks dan tentunya saya senang sekali jika ada wanita yang ingin merasakan kenikmatan bercinta dengan saya tetapi apapun yang terjadi dengan anda, saya tidak akan menanggungnya.


Gina, Korban Pelet

Aku berjalan gontai menuju rumahku sambil bersiul-siul kecil. Di pelupukku terbayang hal-hal yang indah-indah. Mulai saat ini aku akan dapat menaklukan wanita secantik apapun di dunia ini, karena aku sudah mendapatkan ilmu Lebur Jiwa dari Mbah Suro. Jangankan Rani yang telah menolak cintaku, Dian Sastro pun pasti berlutut di depanku. Tapi yang terpenting aku harus membuktikan kesaktian ilmu Lebur Jiwa malam ini juga.

Aku melangkah masuk ke pekarangan rumah. Sepi tak ada hawa manusia. Kemana semua orang hingga pintu depan harus dikunci? Aku segera membuka pintu dengan kunci serep yang kubawa. Didalam rumaHPun sepi senyap. Aku segera menuju ruang makan. Secarik kertas menempel di meja makan. "Don, kami pergi duluan ke rumah Oom Dhar di Semarang. Kalau sudah sampai rumah, segera menyusul. Ayah."

Bosan! Apa enaknya sendirian di rumah. Mana nggak ada makanan di kulkas lagi. Dengan malas aku pergi ke warung Mak Sani di ujung jalan. Tapi setibanya aku sampai di warung Mak Sani. Wow, suit.. suit.. ada cewek cantik bener! Wajahnya oval agak indo, bibirnya sexy, bola matanya kecoklat-coklatan, dan bodynya.. wow montok banget! Gemuk dikit, tapi pas sama tingginya yang kira-kira 170-an, pakai rok mini dan baju ketat lagi. Cuman kurang ramah, waktu aku godain doski malah cemberut. Kebetulan nih! Bisa buat bahan percobaan! Kalau yang indo saja mempan, apalagi yang jawa tulen, iya nggak?

Lani Istri Temanku

Dia memang seorang wanita yang cukup menarik, umurnya lebih tua dua tahun dariku, dan dia adalah istri teman kantorku. Lani, namanya, memiliki tinggi badan yang lebih kecil dariku, sekitar 160 cm dan memiliki kulit yang bisa dibilang lebih putih daripada orang-orang Indonesia kebanyakan, tapi dia bukanlah keturunan chinese.

Di kantorku aku merupakan satu-satunya keturunan chinese, tinggi badan sekitar 172 dan tidak gemuk, yah, wajar lah. Di kantor ini aku menduduki jabatan sebagai wakil kepala akunting. Aku sebenarnya tergolong baru bekerja di perusahaan ini, baru sekitar satu tahun dan aku sudah cukup akrab dengan salah satu pegawai yang bernama Roni. Aku pernah diajak berkunjung ke rumahnya di daerah Jakarta Utara. Disinilah awalnya perkenalan aku dengan Lani.

Kenikmatan Tak Terduga

Halo.. Para penggemar cerita porno. Aku (Anis) pemburu kenikmatan sex kembali memaparkan kisah nyata yang kualami di hari Minggu 10 Oktober 2012 baru-baru ini. Aku kebetulan ke Makassar lewat Bus penumpang sekitar pukul 7.00 pagi untuk suatu tujuan penting. Selain aku, banyak penumpang lain dalam mobil tersebut. Aku duduk di bangku kelas dua bersama 3 orang lainnya yang sama sekali tidak kukenal.

Di kursi itu aku duduk nomor 2 dari kanan, sedang di sebelah kiriku duduk 2 wanita setengah baya. Namun di sebelah kananku seorang wanita entah gadis, janda atau istri orang sedang duduk tenang dan sopan. Usianya kutaksir sekitar 25 tahunan. Wajahnya sedikit putih dan menarik untuk ditatap karena nampak ceria yang menunjukkan sikap keramahan. Bibir dan mulut serta hidungnya memancing daya tarik tersendiri untuk dilumat. Bodinya cukup ramping yang dilapisi pakaian yang agak tebal karena terbungkus jaket warna biru. Rambutnya tidak kelihatan karena terbungkus kain berwarna hitam, sedang bagian bawahnya terbungkus kain warna biru tua.

*****

Bermula ketika mobil yang kami tumpangi banyak bergoyang akibat jalan yang dilaluinya banyak berluban dan mulai rusak-rusak kurang lebih 200 km dari daerah tempat tinggalku menuju kota Makassar. Saling bersentuhan dan berbenturan tubuh dalam mobil, sulit kami hindari. Awalnya persentuhan tubuh kami biasa-biasa saja. Tidak ada reaksi dan pengaruh apa-apa. Tapi lama kelamaan, akhirnya berpengaruh pula pada pikiran kotorku. Aku terkadang berpura-pura tertidur sehingga kepalaku bersandar dengan lemas ke wanita di sebelah kananku itu.

Aku sempat merasakan hawa yang sedikit hangat dari tubuh wanita itu. Ditambah pula dengan bau harum dari farfum yang digunakannya. Sepanjang dalam perjalanan, tubuhku lebih banyak condong dan bersandar ke wanita di sebelah kananku. Ketika aku membuka mataku sedikit, kulihat wanita setengah baya di samping kiriku memperhatikanku, sehingga aku pura-pura terkejut dan segera memperbaiki kembali dudukku seolah aku baru saja terbangun.

ML DGN TUKANG JAMU GENDONG


Hai, nama saya Andi. Ini kisah saya liburan ke ke rumah ortu saya di suatu kabupaten yang terletak di lereng pegunungan karena lagi libur pergantian semester di universitas saya.
Pada saat itu saya sedang duduk-duduk di teras sambil menghirup udara segar tidak seperti di bandung yang sekarang sudah mulai tercemar polusi. kemudian setelah berselang beberapa menit, kemudian ada seorang wanita menggunakan capil (topi bambu berbentuk kerucut yang biasanya dipakai petani) dan menggendong sebuat bakul yang berisi botol-botol bekas syrup. Mukanya tidak kelihatan karena ditutupi capil coklatnya tapi terlihat dari tanganya kalau dia berkulit putih. mungkin karena saya lama memerhatikanya dia kemudian dia masuk dari pagar yang terbuka dan masuk keteras.
“jamunya tuan…..”
kemudian dia membuka capilnya. terlihat seorang wanita yang kira-kira berumur 28 tahun. mukanya cantik sekali, putih mulus dan tak satupun jerawat hinggap di wajah cantiknya.
“jamunya ada apa aja mbok”
“ada jamu kuat, encok, pegel linu, cekot-cekot, asam urat dst. (macam-macam sampai pusing mendengarkanya)”
“waduh maaf mbok, saya nggak sakit”
“oh… kalau begitu minum jamu ini aja mas, ini buat sehari-hari supaya tetap sehat”
“ya udah deh mbok, yang itu aja…”
kemudian dia mengeluarkan sebuah gelas kaca dan mulai tanganya mengambil bermacam-macam botol dan menuangakanya ke gelas itu seperti bartender. Saya diam diam meliahatnya dari ujung rambut sampai ujung kaki. rambutnya yang hitam panjang dan lurus menghiasi wajahnya yang bersih itu. dan terlihat badannya sangat sintal dan langsing singset dan kaki putihnya yang tidak ditumbuhi bulu-bulu. Terlihat dia sangat merawat dirinya. mungkin dirinya rajin minum jamunya itu. dari atas melihat gundukan payudaranya dibalik bajunya. terlihat payudaranya yang SANGAT BESAR dan kencang itu. rupanya dia tidak menggunakan BH. tapi tetap saya kesulitan melihat putingnya karena bajunya ketat. tapi putingnya pun tidak terlihat karena bajunya tebal
“ini mas jamunya”
“triam kasih”
kemudian saya minum jamunya sedikit demi sedikit sambil melihat wajahnya yang cantik itu sambil berbincang-bincang