Aku berjalan gontai menuju rumahku sambil bersiul-siul kecil. Di
pelupukku terbayang hal-hal yang indah-indah. Mulai saat ini aku akan
dapat menaklukan wanita secantik apapun di dunia ini, karena aku sudah
mendapatkan ilmu Lebur Jiwa dari Mbah Suro. Jangankan Rani yang telah
menolak cintaku, Dian Sastro pun pasti berlutut di depanku. Tapi yang
terpenting aku harus membuktikan kesaktian ilmu Lebur Jiwa malam ini
juga.
Aku melangkah masuk ke pekarangan rumah. Sepi tak ada hawa manusia.
Kemana semua orang hingga pintu depan harus dikunci? Aku segera membuka
pintu dengan kunci serep yang kubawa. Didalam rumaHPun sepi senyap. Aku
segera menuju ruang makan. Secarik kertas menempel di meja makan. "Don,
kami pergi duluan ke rumah Oom Dhar di Semarang. Kalau sudah sampai
rumah, segera menyusul. Ayah."
Bosan! Apa enaknya sendirian di rumah. Mana nggak ada makanan di kulkas
lagi. Dengan malas aku pergi ke warung Mak Sani di ujung jalan. Tapi
setibanya aku sampai di warung Mak Sani. Wow, suit.. suit.. ada cewek
cantik bener! Wajahnya oval agak indo, bibirnya sexy, bola matanya
kecoklat-coklatan, dan bodynya.. wow montok banget! Gemuk dikit, tapi
pas sama tingginya yang kira-kira 170-an, pakai rok mini dan baju ketat
lagi. Cuman kurang ramah, waktu aku godain doski malah cemberut.
Kebetulan nih! Bisa buat bahan percobaan! Kalau yang indo saja mempan,
apalagi yang jawa tulen, iya nggak?
Cewek itu keluar dari warung. Aku mengejarnya, dengan segera melafal mantra yang sudah aku hafal sebelumnya.
"Geni abang nafsu abang, manjingo ing jabang bayine Dony Bara. Geni
abang napsu abang, manjingo ing jabang bayine wanito ing netro. Geni
abang napsu abang, lebur dadi siji ing lebur jiwo. Leburen jiwane
manungal ing jabang bayine Dony Bara. Lebur.. lebur.. lebur.."
"Nona!"
Aku panggil gadis itu sambil menarik tangannya sehingga dia berbalik
menghadap padaku dan wuss.. Hembusan nafasku menyembur menerpa wajahnya
sekali. Dan aku tinggal menanti reaksinya saja, menamparku ataukah..
"Iya, ada apa Don?"
Berhasil! gadis itu menjawabku dengan senyum ramah, bahkan manja.
Berarti mantraku berhasil! Tanpa basa-basi lagi, langsung saja gadis
indo itu aku ajak ke rumahku.
Kami duduk-duduk di ruang tamu. Dan tak lupa semua pintu dan jendela aku
kunci dari dalam, telponpun aku blokir agar tak ada yang mengganggu
acaraku sore ini. Gadis itu nampaknya merasa nyaman bersamaku.
"Nama kamu siapa?" tanyaku membuka percakapan.
"Aku Gina." jawabnya manis.
"Kamu kok bisa tahu namaku, apa kita pernah berkenalan?"
"Nggak. Tapi aku merasa kita sudah lama banget kenal. Sekarang ini aku merasa seperti merayakan reuni denganmu."
"Oh, begitu. Kalau begitu mesti dirayakan dong."
"Iya. Harus dirayakan."
"Kau mau minum?" tawarku disambut dengan anggukan. "Panas atau dingin?"
"Apapun yang kau mau." jawab Gina ringan.
"Apapun yang aku mau?" ulangku. Gina mengangguk dengan senyum lebar.
"Kalau selain minuman?" tanyaku mengejar.
"Apapun yang kau mau aku bersedia, Don." jawab Gina mendekat ke arahku.
"Apapun?" tanyaku sekali lagi.
"Apapun."
Gina tersenyum menggoda. Tangannya menjamah tanganku lalu menuntunnya ke
arah pahanya yang sekal. Digesernya tanganku yang gemetaran terus naik
hingga menyingkap rok mininya sampai pada pangkal paha. Cd pink
bergambar kupu-kupu bersembunyi di balik rok yang sudah tersingkap itu.
Tiba-tiba saja aku merasakan penisku menegang. Mata Gina sayu sedikit
terkatup, meresapi setiap sentuhan jemariku di kulit pahanya. Cewek itu
kemudian mendekatkan bibirnya padaku dan cup.. bibir kami saling
mengecup. Sekali lagi bibir kami menyatu dan ehemm.. Gina melumat
bibirku penuh perasaan. Batang penisku semakin mengacung sedang nafas
kami mulai naik turun tak beraturan.
Gina memapah tanganku melingkar di pungungnya lalu menuntunnya untuk
melucuti rok mininya. Rok mini warna hitam itu bablas hingga ke lantai
dan aku bisa dengan leluasa menikmati paha Gina yang indah. Aku ciumi
paha Gina yang mulus bagus itu bolak balik sampai pangkal paha.
"Uuuff.. Don.. aku minta yang panas saja..," desis Gina sambil melepas
kaos ketat dan BHnya sekaligus kemudian melepas kaos yang kupakai. Aku
berdiri melepaskan jeansku. Gina menyusulku dan segera menjejalkan
lidahnya ke dalam mulutku. Kami saling memeluk hingga buah dada Gina
menempel di dadaku. Keempukan buah dada Gina membuat aku geli hingga
membuatku merinding. Lalu bibir Gina menurun menjelajahi leher dan
dadaku yang berbulu sedikit lebat.
"Kamu jantan banget Don," kata Gina sambil membelai bulu-bulu dadaku.
Kemudian Gina mencumbui dadaku.. perutku.. ach.. sampai pusarku dan
menjilatinya beberapa saat. Aaach.. aku benar-benar terangsang oleh
kecantikan dan kemahiran Gina yang memanjakanku. Gina terus menjelajah
seluruh tubuh depanku. Bahkan ketika sampai di daerah kekuasaan penisku
Gina mencumbuinya dengan penuh daya rangsang. Diciuminya batang penisku
yang masih terpenjara dalam sangkarnya dan dengan senang hati Gina
meloloskan CDnya hingga nampak benar kalau penisku itu betul-betul
bangun mengacung-acung.
"Kau benar-benar hebat Don, pistolmu besar banget. Aku yakin kalau menembak pasti rasanya hi..hi.." kata Gina sambil tertawa.
"Kamu tahu dari mana kalau rasanya pasti.." tanyaku memancingnya.
"Coba deh, aku rasain.."
Uuachh.. edan! Gina menjilati ujung penisku. Cewek indo itu mengulum
penisku hingga setengahnya masuk ke dalam rongga mulutnya. Dan jemarinya
sibuk mempermainkan buah pelirku. Eehh.. rasanya benar-benar nikmat.
Aku nggak tahu kalau cewek ini bisa membuatku merasa sedasyat ini.
"It's nice taste, Don. Hebat banget.." katanya sambil terus saja menyepong penisku.
Tak tahan aku jika harus diam saja. Segera aku loloskan CD pink dari
bokong Gina yang menungging. Nampak kedua bokongnya yang semok
menantang. Kuremas-remas bokongnya membuat Gina mendesah perlahan
diantara sodokan penisku di mulutnya. Dan segera saja aku gerayangi
memeknya, menyenangkan bisa bermain bebas diantara goa yang belum pernah
aku lakukan sebelumnya. Mungkin Gina merasa tak tahan lagi menahan rasa
nikmat yang diterimanya dengan posisi itu hingga akhirnya Gina
melepaskan penisku dari mulutnya dan tergeletak di lantai.
Tubuh kita udah sama-sama bugil dan rasa malu kita udah ilang entah
kemana. Gina memandangiku yang berdiri didepannya dengan tatapan mata
sayu dan senyum yang menggoda. Akupun terpana pada tubuh bugil yang
tiada cacatnya terhampar di depanku. Ohh.. dua bukit yang membusung
padat dan montok, kulit tubuh yang putih mulus, serta bukit belah yang
ditumbuhi oleh rumput-rumput liar yang halus. Wuihh..
"Don, kok diam saja. Ayo lakukan yang kamu mau.. aku pasrah padamu.."
"Aku datang sayang.."
Aku serang bukit belah itu dengan garang. Menjilat semua yang tersentuh
oleh lidahku dan menghisap semua yang tergenang disitu. Gina
berkelojotan sambil mendesis-desis. Tak ada ampun bagimu, Gina! Semuanya
akan jadi milikku. Klitoris Ginapun yang seukuran biji kacang tak luput
dari lidahku. Aku piting daging mungil itu dengan kedua bibirku lalu
aku sentil-sentil dengan lidahku.
"Oooh.. Doon.. Ach.. eenaak.." erang Gina memacu gairahku. Kedua kakinya menggapit kepalaku seakan ingin menawanku selamanya.
Tangan Gina menarik tanganku sampai di kedua gundukan dadanya yang
gempal dan montok. Refleks aku remas kedua buah gunung kembar itu hingga
membuat Gina bergelinjangan nikmat.
"Uuohh.. Donny.. teruus sayaang.. aku sukaa.."
Setelah puas aku lumat vagina mayoranya segera kualihkan perhatianku
kepada kedua gunung kembarnya. Buah dada Gina telah membengkak seukuran
kelapa, besar dan tegang. Begitupun kedua putingnya yang sudah mengeras
berwarna merah marun. Gina yang menyadari kalau aku memandangi kedua
gunung kembarnya yang indah segera mempermainkan kedua adiknya itu. Gina
meremas-remasnya sendiri sambil memutar telapak tangannya bolak-balik.
Begitu bulat kedua buah dada itu dan begitu mengkilap oleh keringat
Gina.
"Kemarilah Doon.." ujarnya.
Gina sambil menarik tanganku hingga aku harus berdiri di atas tubuhnya.
Kemudian Gina menggapai batang penisku hingga aku mesti berjongkok di
atas buah dadanya. Aku tak tahu apa yang akan Gina lakukan, yang penting
aku merasakan nikmat ketika batang penisku menegang di belahan buah
dadanya. Begitu nikmatnya ketika kedua gunung kembar itu menjepit batang
penisku. Kubantu jemari Gina yang meremas buah dadanya hingga tampak
menjadi satu menjepit batang penisku. Aku tarik batang penisku
perlahan-lahan dan lalu aku dorong kembali. Sampai kemudian bibir Gina
menangkap kepala penisku dan kembali menjilatinya dengan garang. Ouuhh..
aku bagai terkencing-kencing dibuatnya. Maka sebagai pelampiasan tangan
kananku kembali mengutak-atik goa kenikmatan Gina yang kembali
membanjir.
"Doon.. kamu nakal sekalii.." desah Gina.
"Tapi kamu suka kan Gina sayaang.." balasku
"He eh.. Uuff..ach.."
Gina semakin memekarkan selakangannya hingga jemari kananku makin bebas
merogoh semua yang tersembul di pangkal selakangan itu. Gina semakin
mendesis dan menambah kecepatan menjilati kepala penisku. Dan akupun
semakin mempercepat gerakan menggoyang kedua buah dada sebesar kelapa
itu. Penisku menegang hebat, seperti ada yang mendorong dari dalam baang
penisku dan rasanya.. aahh.. crot croot.. Spermaku muncrat ketika ujung
penisku itu masih diganyang Gina. Kapasitas yang cukup banyak menetes
disela-sela bibir Gina.
"Telan sayang, telan.."
Kata-kataku bagai perintah. Mau tidak mau, Gina menelan seluruh sperma
yang berada di rongga mulutnya. Entahlah rasa apa yang dia kecap, tapi
yang pasti nikmat. Sebab kemudian Gina menjilati sperma di luar mulutnya
dan kemudian memburu sisa-sisa sperma di kepala penisku hingga tandas.
"Ehmm ach.. Doon, keluar lagi dong.." kata Gina sambil memijit-mijit
penisku dengan jemarinya. Pijitan itu membuat darahku bagai berhenti.
Dan aku sudah tak tahan lagi.
"Sebentar sayang, aku masuk dulu yach.."
"Heeh."
Gina melebarkan selakangnya hingga bukit belahnya benar-benar mekar
terbelah. Dinding-dindingnya berwarna merah berhias klitoris mugil yang
mengemaskan. Aku segera mengacungkan batang penisku yang sudah mau
meledak. Aku tuntun adikku itu memasuki lubang kawin Gina yang bersimbah
lendir-lendir surgawi. Licin permukaannya hingga tak mudah memasukkan
kepala adikku itu. Aku coba sekali lagi dan ah.. masuk! Sedikit demi
sedikit aku masukkan penisku memasuki lorong yang sangat sempit itu.
"Auhh Doon.. cepetan dong.. sakit.." rintihnya.
"Sabar say.."
Memangnya hanya Gina saja yang sakit, aku juga sakit merasakan batang
penisku bagai remuk digencet dinding-dinding lubang kawin Gina yang
bukan main sempitnya.
"Aaach..Uuugh..Doon.."
Krak! Kepala penisku sudah menembus ke dalam selaput daranya. Hah! Lega.
Lubang kawin Gina menelan seluruh batang penisku. Aku diamkan sebentar
sebelum kemudian aku tarik dan dorong keluar masuk agar lorong itu makin
lebar. Lendir kawin Gina membasahi liang kawinnya hingga goyangan
batang peniskuku semakin lincah.
"Hooh.. uh..ach.." desah kami saling berlomba menikmati setiap getaran yang tercipta.
Gerakan penisku semakin lincah mengocok lubang kenikmatan Gina hingga
menimbulkan bunyi kecipak-kecipak tanda bahwa Gina berada di puncak
kenikmatannya. Pingul Gina bergoyang-goyang naik turun mengiringi
gerakanku.
"Doon.. aku nggak tahan lagi.. aku mau keluar.." erang Gina.
"Tahan sebentar Gin, aku datang.."
"Aaach..!" erang kami bersamaan.
Fantastik sekali. Kejang diseluruh tubuhku diakhiri oleh keluarnya
sperma yang memenuhi lubang kawin Gina. Ujung penisku menghangat seakan
menyentuh cairan lain. Kutarik penisku dari lubang kawin Gina. Nampak
darah membercak di kepala penisku yang masih menegang. Gina
mendesis-desis menikmati segala kenikmatan yang barusan kami lalui.
Tapi aku masih belum puas malam ini. Aku harus kembali membangkitkan
gelora asmara Gina. Segera saja aku remas buah dadanya. Aku permainkan
kedua putingnya yang kembali menegang lalu aku jilat perlahan.
"Ach.." desis Gina merespon.
Melihat respon Gina, aku jilati bahkan kukulum kedua puting Gina secara
bergantian. Gina berkelojotan meresapi semua keindahan yang kembali aku
ciptakan. Habislah kedua payudara Gina itu aku kulum, aku hisap bahkan
aku gigit-gigit dengan gemas. Gina tak marah, hanya merintih-rintih
kesakitan. Tapi justru rintihan itu semakin membakar birahiku.
Aku puaskan diriku sediri dengan mempermainkan setiap lekuk tubuh Gina
karena Gina nampaknya sudah tak memiliki tenaga cadangan selain mendesis
dan mendesah. Dan ketika aku sudah puas segera aku minta Gina
menindihku. Gina menusukkan ujung penisku tepat dilobang kawinnya. Dan
kemudian kami saling mengocok. Seperti layaknya bibir kawin Gina yang
melumat penisku, bibir kamipun saling melumat, sedangkan buah dada Gina
yang menggantung bebas sekali-kali menyentuh kulit dadaku hingga
menimbulkan rasa nikmat tersendiri. Gina menjadikan rambutku sebagai
pegangan, tapi aku menjadikan bokong Gina sebagai pegangan.
menguntungkan sekali bukan? Karena aku bisa dengan bebas membelai bokong
mulus itu. Namun sekali lagi tiba-tiba tubuhku mengejan.
"Gin, aku mau keluar sayang.."
"Tunggu Doon.. tarik dulu penismu."
Gina melepaskan ciumannya dan mengarahkan batang penisku ke mulutnya.
Dan croot.. crot crot! Seluruh spermaku membanjir di mulut Gina. Dan
tanpa jijik ditenggaknya seluruhnya sampai tandas kemudian menjilati
ujung penisku hingga bersih.
Tapi sentuhan lidahnya yang penuh birahi membuatku ingin sekali lagi
menusuknya. Maka segera saja aku minta Gina menungging. Dan sekali lagi
aku tusukkan batang penisku dari belakang. Amblas seluruhnya menyisakan
kenikmatan yang kembali terulang. Gina yang berulang-ulang mencapai
puncak birahinya seakan ingin terus dan terus mengulanginya.
Diremas-remasnya buah dadanya sehingga keindahan itu terasa lengkap. Dan
kamipun mengakhirinya dengan kelelahan yang terhapus oleh sisa-sisa
keindahan.
Aku antar Gina sampai pagar depan. Cewek indo yang baru saja aku
perawani itu tersenyum mesra dan kemudian menghilang di balik rumah Pak
Yulius. Aku rebahkan tubuhku di atas sofa ruang tamu. Kembali aku ingat
pergumulanku selama tiga jam bersama Gina.
"Gina aku sudah tak membutuhkanmu." gumamku.
Geni abang napsu abang, ngilango soko jabang bayine Dony Bara. Geni
abang napsu abang, nyingkriho soko jabang bayine Gina. Geni abang napsu
abang, ngilang soko lebur jiwo. Ngilango lebur jiwo soko jabang bayine
Dony Bara. Ngilang musno..
E N D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar